Tekan Impor Pelumas, Produk Lokal Harus Genjot Kapasitas Produksi

No comments

JAKARTA, iNews.id – Perkembangan industri pelumas di Indonesia saat ini sebanyak 2 juta liter dengan jumlah pelaku bisnis 44 perusahaan. Namun, kapasitas produksi di dalam negeri masih di bawah 1 juta.

Tak heran, jika Indonesia masih mengimpor produk pelumas termasuk grease atau gemuk. Di mana impor pelumas terbesar berasal dari Singapura dan Jepang.

Untuk itu, produk lokal harus tampil. Bahkan, tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tapi juga ekspor, sehingga defisit neraca perdagangan Indonesia lebih baik bahkan surplus. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi.

Dia mengatakan terkait peredaran produk pelumas di Indonesia konsumen harus dilindungi dengan adanya regulasi teknis. Salah satunya Standar Nasional Indonesia (SNI)

“Di mana setiap produk pelumas yang masuk di Indonesia wajib ber-SNI. Ini diperlukan untuk melindungi konsumen otomotif dan non-otomotif,” ujarnya, dalam diskusi Dukung Pembatasan Impor, Balmerol Siap Tingkatkan Kapasitas Produksi di Jakarta, baru-baru ini.

Dia memaparkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6 persen, tapi gagal di tahun-tahun terakhir karena strategi yang ditempuh tidak mampu menggenjot ekspor.

“Untuk ekonomi 6-7 persen bisa tercapai asalkan ekspor tumbuh sekitar 8-9 persen per tahun. Presiden Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah mendorong Indonesia agar bisa keluar dari middle income trap,” katanya.

Dia juga mengingatkan periode bonus demografi Indonesia akan berakhir di 2030. Maka itu ekspor harus digenjot. “Kecenderungan sentimen warganet terhadap kabinet Jokowi cenderung netral. Tapi sentimen negatifnya antara lain perlambatan ekonomi, dan impor ugal-ugalan,” katanya.

Sementara itu, Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kemenperin, Muhammad Khayam mengatakan, terkait dengan regulasi pemerintah dalam industri pelumas peraturan telah dipermudah. Ini agar tidak ada tabrakan kepentingan antara peraturan satu dengan lainnya, lewat omnibus law.

“Kebijakan kita di sektor industri mengenal kebijakan fiskal dan non-fiskal seperti super deduction tax. Ini untuk memperbaiki iklim usaha dan iklim investasi,” katanya.

Khayam menyebutkan perusahaan-perusahaan yang mengoptimalkan penggunaan barang dalam negeri, mengembangkan SDM dengan vokasi, industri kecil yang memanfaatkan sumber daya alam (SDA), dan memanfaatkan industri kecil sebagai komponennya akan mendapatkan insentif.

Menanggapi tingginya produk impor, PT Balmer Lawrie Indonesia (BLI) melalui brand Balmerol Lubricants siap membantu pemerintah dengan menghadirkan produk lokal. Salah satunya dengan menghadirkan grease untuk otomotif Licom EP 3.

Direksi PT BLI, Takwa Fuadi Samad mengatakan pihaknya akan meningkatkan kapasitas produksi. Di mana saat ini kemampuan produksi perusahaan, untuk grease 6.000 MT/tahun, oli pelumas (3.000KL/tahun) dan Bituminous Compound (3.000MT/tahun) dalam satu shift produksi dari pabriknya di Cikande, Banten.

“Jumlah tersebut setiap tahunnya akan terus meningkat dan kami menargetkan bisa mencapai produksi hingga 10.000 MT pada tahun-tahun mendatang,” ujarnya.

 

Sumber: https://www.inews.id/otomotif/aksesoris/tekan-impor-pelumas-produk-lokal-harus-genjot-kapasitas-produksi

asty sopianTekan Impor Pelumas, Produk Lokal Harus Genjot Kapasitas Produksi

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *